Penyintas Covid-19

Kasus covid di bulan Juli-Agustus sedang tinggi-tingginya. Mobil ambulans terus-terusan mengaung di jalan raya. Tak mau ketinggalan pengeras suara masjid menyuarakan berita duka cita silih berganti tiap hari. Belum lagi, kabari duka lewat media sosial tak henti-hentinya menambah kecekaman situasi yang sangat aneh ini.

Tentu saja, ini membuat saya takut sekali. Sampai-sampai mematikan sementara sosial media. Kebanyakan orang-orang di daerah saya memakai masker hanya karena takut kena razia polisi. Ditambah lagi persentase vaksin Sumbar yang masih di bawah 2% saat itu. Chance saya akan tertular akan sangat tinggi. Apalagi tetangga depan baru saja mengadakan resepsi besar yang ga pake prokes sama sekali ._.

Akhirnya sampai juga saya pada hari itu. Pada hari senin, 26 Juli saya demam sangat tinggi. Padalah sebelumnya saya sudah vaksin pertama Sinovac pada tanggal 1 Juli. Baru pertama kali ini merasakan demam tinggi seharian penuh. Biasanya demam hanya berlangsung setengah hari saja (takut banget mati hari itu, masih banyak yang ingin dilakuin). Ditambah lagi, semua badan pegal bak abis olahraga berat Awalnya saya tidak menyadari bahwa ini adalah covid. Tetapi, di hari ke-2 dan ke-3 saya mulai kehilangan penciuman dan merasa makanan. Uniknya, saya masih bisa mencicipi jeruk. Hari ke-4 indera perasa saya perlahan kembali. Hari ke-5 indera penciuman saya kembali normal. Hari ke-2 sampai dengan hari ke-10 masih batuk kering bahkan terkadang berdarah. Anehnya batuk ini munculnya di malam hari saja. Mungkin karena udara dingin juga. Selain itu, badan lebih gampang capek. Contohnya aja dari kamar ke dapur itu capek banget. Padahal rumahnya ga kayak Sisca Kohl.

Karena kadar oksigen masih terpantau normal, saya hanya meminum obat-obat dan vitamin yang disarankan saja: vitamin D, vitamin C, Zinc, paracetamol. Selain itu, saya juga jadi rajin makan buah. Sebagai orang yang belum pernah tertular cacar yg konon katanya hampir semua orang pernah kena, saya sempat jumawa, yakin ga akan pernah terkena covid juga. Manusia macam apa sih bisa se sombong itu.

Uniknya, semua teman-teman dekat saya juga kena covid di waktu yang bersamaan. Sampai akhirnya ga jadi ke Bali, padahal udah bayar villa nya ._.

Manusia berencana, Allahlah yang menentukan.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s