Sudah 3 minggu saya berada di bumi utara, ada beberapa perbedaan yang saya rasakan antara Stockholm dan Jakarta terutama biaya hidup. Dalam tulisan ini, saya akan berbagi sedikit informasi mengenai biaya- biaya hidup di Stockholm
Transportasi
Transportasi di Swedia sangat terintegrasi, dari Subway, Bus, dan Ferry jadi satu dan bisa dibayar dengan 1 kartu. Di Jakarta sendiri, sebenarnya kita sudah bisa mempergunakan 1 kartu e-money untuk naik KRL dan Trans Jakarta, akan tetapi belum terintegrasi dengan baik, misalnya seperti Stasiun gambir saja bahkan belum nyatu dengan Stasiun BNI Sudirman untuk kereta ke Bandara. Sedangkan di Swedia, Subway dan Bus juga terintegrasi dengan Bandara dan kapal Ferry. Jadi, jika kamu tinggal di pulau pulau yang ada di Swedia tetapi bekerja di Ibukota, kamu bisa mempergunakan transportasi ferry dengan mempergunakan SL Card(sejenis e-money sini). SL Card ini memiliki harga perbulan yaitu 860 SEK = Rp 1.4 juta atau jika kamu student, kamu bisa mendapatkan potongan menjadi 560 SEK = Rp918k. Tetapi, jika kita bandingkan lagi dengan Jakarta, tetap saja, nominal ini cukup mahal bagi orang-orang yang menggunakan moda transportasi online seperti Gojek atau Grab yang lebih convenience. Di Jakarta, perbulannya saya menghabiskan uang transportasi untuk berangkat bekerja yaitu Rp7.000 x 2 x 30= Rp420k (kurang dari setengah transport di Swedia), yang mana kamu tinggal menunggu dijemput di depan pagar dan diantar kembali sampai depan pagar. Kalo di Swedia, dengan transportasi yang terintegrasi inipun, tetap saja harus berjalan cukup jauh. Jika di Indo, rata-rata sehari saya berjalan kaki sekitar 400 m. disini, untuk ke kampus saja dengan hanya satu tujuan, saya berjalan kaki 4.7 km sehari.
SL card ini dapat kamu beli di pressbyran atau counter SL atau bisa dibeli sendiri di stasiun.
Biaya Tempat Tinggal
Jika kamu mahasiswa tahun pertama dan non Europe, maka kamu diberikan fasilitas student akomodasi dari pihak kampus. Harga student akomodasi yang saya dapatkan adalah 3900 SEK = Rp6.4 jt rupiah per bulan dengan tipe akomodasi share apartement. Kebetulan saya se apartement sama orang Spanyol. Student mendapatkan akomodasi sesuai dengan term apply, semakin telat apply, biasanya mendapatkan akomodasi yang semakin mahal pula. Teman saya bahkan ada yang mendapatkan akomodasi sebesar 2600 SEK per bulan =Rp4.3 jt. Ga kayak sewa apartement di Jakarta dimana kamu masih dikenakan service fee dan listrik segala macamnya, apartement disini sudah include semuanya dan full furnished juga. Ada ranjang, meja belajar, meja makan, kitchen set lengkap dengan microwave dan oven, kulkas 2 pintu, dan heater, dan juga ada fasilitas untuk laundry serta internet. Jadi, apakah Rp6.4 juta mahal? Mungkin kalo dibandingkan dengan kosan saya yang di Jakarta yang hanya 1/7x nya ini sangat -sangat mahal.
Biaya Makan
Apakah yang paling murah di Stockholm? Jawabannya adalah air. Kamu bisa meminum air langsung dari keran. Bahkan kalo dirasa-rasa, airnya lebih segar dibandingkan air aq*a. Jadi, kami tidak perlu lagi membeli air untuk minum, cukup minum dari keran. Jika di kampus kehausan, tinggal ke toilet, dan minum air dari keran._.
Kebanyakan orang di sini memasak. Harga bahan masakan cukup variatif, misalnya beras Thailand yang terkenal enak disini per kilo nya adalah Rp 42k, tapi bisa saja lebih murah daripada itu, tergantung merk. Untuk komponen makanan lain, sebenarnya harganya relatif sama dengan Jakarta. Seperti daging di sini hanya Rp120k sekilo, harga ayam pun juga relatif murah, harga buah-buahan pun banyak yang lebih murah daripada harga di hypermart, seperti apel dan anggur. Yang agak mahal disini dalah sayur. Contohnya adalah terong, yang mana sekilonya adalah sekitar Rp52k.
Sedangkan jika ingin makan di luar, biasanya rata-rata harganya adalah 90 SEK = Rp140k untuk satu porsi. Apakah mudah menemukan makanan halal disini? Sepanjang yang saya tahu, restoran-restoran non muslim tidak mencantumkan logo halal, jadi jika kamu ingin makan sesuatu dan tidak yakin akan kehalalannya, lebih baik memilih menu vegetarian yang pasti selalu ada. Stockholm termasuk kota yang banyak penduduk asing nya, mungkin dikarena Swedia sangat welcome juga dengan para imigran, jadi akan sangat mudah kamu menjumpai wanita berkerudung di dalam subway, dan bahkan mesjid nya cukup banyak, bahkan saya tinggal di dekat mesjid central di stockholm. Jadi, saya sama sekali tidak merasakan menjadi muslim minoritas di negera ini. Mungkin karena itu pulalah di tempat groceries banyak ditemukan daging dan ayam dengan logo halal. Untuk biaya makan, asumsi, dengan sekali makan di Indo Rp20k x 2x 30 = Rp1200k per bulan. Sedangkan di Swedia, rata-rata saya menghabiskan 200 SEK = Rp330k per minggu atau Rp1320k per bulan. Jadi? hampir sama saja dengan Jakarta, semua kembali dengan gaya hidup masing-masing.